Kamis, 10 Januari 2013

Perempuan: Bukan sekedar Habibie-Ainun

Assalamu'alaikum...

Dear My diary,


Bagaimanakah kabarmu di hari ke-11 di tahun 2013 ini?

Hari ini ingin ku ceritakan kepadamu kisah mengenai Perempuan.
ya, lagi-lagi kisah perempuan, entahlah rasa itu sungguh melekat karena ku coba pahami dengan menyelaminya lebih dalam, karena aku adalah perempuan.

Kini, mata hatiku terbuka...
bahwa hidup berpasangan suami-isteri itu tak seindah yang ku bayangkan, tak seperti cerita roman yang banyak ku dengar dan ku baca, lihatlah kenyataannya...
mungkin, memang Indah diawal cerita, saat baru membinanya, saat masih terasa hangat menjadi Ratu dan Raja sehari di atas singasana pelaminan.
tapi, manisnya bukan hanya cukup disana, masih perlu ada bumbu-bumbu lain, entah itu asam ataupun pahit.

Habibie-Ainun,
Mungkin engkau cukup mengenal kisahnya, teman. ditambah baru-baru ini diputarkan perdana film nya. 
Kisah kasih mereka menjadi sebuah romansa yang indah, mengukir sejarah kehidupan.
tapi, indahnya romansa mereka, biduk rumah tangga yang mereka jalani pun tak lekang dari perih.

tak perlu jauh-jauh bercerita tentang Habibie dan Ainun, yang sebetulnya aku tak cukup mengenal figur mereka. Sebutlah saja kisah mengenai kehidupan biduk rumah tangga yang nenek dan kakekku jalani.

beberapa bulan yang lalu kami baru saja merayakan syukuran atas ulang tahun emas beliau.

selama kurang lebih empat tahun, saat aku kuliah di kota Bandung, cukup banyak cerita yang disampaikan dan dikisahkan tentang perjalanan hidup mereka.
dimulai saat mereka masih remaja, mengenal cinta, dan mulai jatuh cinta hingga pada akhirnya kini telah memiliki dua orang anak perempuan dan enam orang cucu.

Lima puluh tahun, bukanlah waktu yang sebentar kawan.
kehidupan berkasih merekapun banyak diwarnai kecemburuan, kesedihan, ataupun kegetiran seperti halnya perkawinan pasangan lain pada umumnya.

tapi, perhatianku tak terlalu tertuju pada masa silam.
yang ku lihat selama empat tahun itu hingga saat ini dan coba ku selami perasaan mereka dengan apa yang kulihat, mereka adalah pasangan yang ideal.

Kakekku terkenal akan ketampanannya sejak muda, konon secara silsilah beliau memiliki darah keturunan ningrat tataran Pajajaran. Nenekku adalah seorang perempuan yang pencemburu, dan beliaupun mengakuinya, kecenderungannya lebih besar pada perasaan. Tapi, kakek adalah lelaki yang setia, meskipun banyak rekan-rekannya yang perempuan, seperti minta di ajarkan seni tari, ataupun diajarkan berolah raga tenis. kakek adalah pemuda yang aktif ketika zamannya, di dalam keluarganya dituntut untuk menyukai kesenian sunda.

hmm, kakek dan nenek terkadang jika ku lihat hubungan mereka yang saat ini ada terbesit sebuah rasa keinginan memiliki hubungan seperti itu, ingin segera menikah, namun apa daya masih belum waktu yang tepat itu menghampiriku.

Ibu pernah bercerita, dahulu kakek yang sering membuatkan kue untuk anak-anak dan isterinya. kebetulan beliau memelihara cukup banyak ayam petelur di ternak, jadi setiap ada telur-telur yang tak layak untuk dijual, beliau akan membuatkan kue yang enak untuk anak dan isterinya. 
Kakek adalah tipe Ayah yang tegas dan keras terhadap keluarganya, nenek yang memiliki sifat lembut dan ramah menjadi penyeimbang kakek. kakek Ayah yang baik, beliau kerap mengajak mereka bertamasya sekedar berjalan-jalan bersama keluarga di hari libur, meski hanya duduk-duduk di sebuah taman sambil menikmati masakan buatan nenek yang dibekal, tapi memori itu berkesan.

aku, banyak belajar dari kakek dan nenek semasa dahulu kuliah.
nenek dan kakek adalah orang tua kedua bagiku.

kini, saat kakek kondisi kesehatannya mulai menurun, tak seperti semasa mudanya lagi, neneklah yang dengan setia melayaninya. kakek memiliki katarak pada kedua matanya, sehingga ketika mengalas untuk makan ataupun mengisi air pada gelas neneklah yang melakukannya.
ketika kakek pada malam-malamnya kerap sesak nafas, neneklah yang merawatnya dengan mengoleskan minyak ataupun balsam hangat untuk meringankan sakitnya, sembari doa pun didawamkan olehnya untuk lelaki tercintanya itu. tak banyak yang kakek bisa lakukan sekarang terbatas oleh kondisi kesehatannya.
kakek, saat nenek pernah suatu waktu jatuh sakit karena tekanan darahnya tinggi, darah tingginya kambuh, 
ialah yang merawatnya, setiap malam ditangisinya wanita terkasihnya itu.

Kakek, tipe lelaki pemimpin yang baik.

Pernah suatu waktu diceritakan, dahulu nenek dan kakek bekerja pada suatu kantor notaris yang sama.
terjadi krisis, dan kantor ybs mengurangi jumlah pegawai, nenek terpaksa diberhentikan, sontak kakek kaget dan memutuskan juga tidak bekerja. kakek merasa kasihan pada batin nenek jika menerima kenyataan ia tidak bekerja tak terbiasa di rumah sementara suaminya masih bekerja disana, kakek takut hal itu membuat nenek merasa tak adil.

Lalu, ketika aku masih kuliah di bandung, menjadi saksi keromantisan kakek.
kakek tipikal yang sering bercanda walaupun guyonannya sering membuat nenek marah, namun ia romantis dengan perlakuannya pada isteri memberikan kejutan hadiah untuk isterinya.
ketika itu, nenek pergi ke pengajian rutin komplek dan kakekpun pergi. setibanya nenek di rumah, sudah dikejutkan dengan sebuah tikas (lemari kaca) hadiah dari kakek untuk nenek, dengan modal menjual perhiasan kakek yang ia jual di pasar. ya, rezeki kakek dan nenek selalu saja ada, meskipun kakek tak memiliki uang pensiunan dan nenek tak punya penghasilan darimana pun, ada saja rezeki dari Maha Pemberi Rezeki, baik melalui dari rekan ataupun sanak saudaranya yang berbaik hati atau simpanan sisa-sisa tabungannya dahulu.

belum lama ini, kakek memberikan hadiah kepada nenek di hari ulang tahun perkawinan emasnya.
mengganti kain2 sofa dan kursi yang baru, lalu kursi meja makan, dan meja makan yang dibetulkan, menjadi nampak seperti baru kembali. dengan bermodalkan perhiasan milik kakek yang dijualnya kembali, sebetulnya kakek tak pernah mengungkapkan dari mana asalnya uang itu, tapi nenek selalu bercerita. ditambah kakek memberikan uang jajan pada cucu-cucunya, aku malu rasanya. seharusnya aku yang memberi.

baru-baru ini kakek kerap merasakan sakit dada dan sesak yang seperti tak biasanya, hal itu membuat kakek semakin rindu 'ingin pulang', disebut-sebut mimpinya yang menandakan ia rindu 'berpulang', dan disebutnya sebuah rumah masa depan yang telah dipesannya di daerah pemakaman keluarga.
kakek ingin dipanggil oleh yang Maha Kasih lebih dahulu daripada nenek, begitu ungkapnya.
ia tak ingin jika nenek dipanggil terlebih dahulu, dunia akan hampa tanpa perempuan yang sholeha itu baginya. ia mungkin tak kan berdaya, tak mampu melakukan apapun dg baik tanpa perempuan itu yang selama ini melayaninya. 

hmm, ya Rabb...luluh hati ini dibuatnya, oleh kisah nenek dan kakek yang saling mencinta dan mengasihi hingga usia senjanya, dalam detik-detik menunggu Maha Kasih memanggil.

ah, usia siapa yang tahu. Tak ada satupun manusia yang mengetahui persis berapa usianya hidup di dunia ini.
kematian adalah ketetapan-Nya, yang tak mampu dielakkan dan sudah ada sejak kita belum lahir ke dunia ini.

Kisah Habibie dan Ainun lain ada di sekitarku,
Kakek dan Nenek...

namun...

kisah yang sebaliknya pun kerap ku dengar dan ku saksikan disekitarku.

membuat batin tercelos dan geram!
lagi-lagi mengenai kisah perempuan yang terzalimi...

lalu, membuat langkah mantap utk meregup biduk rumah tangga surut kembali.

kerap terjadi perempuan dizalimi oleh suami nya sendiri, dengan menjadi suami yang tidak setia pada pasangannya.
kepahitan akan adanya rasa suami terkasih terbagi dengan yang lain, harus ditelan bulat-bulat oleh para isteri.
mendua dengan cara dengan atau tanpa sebuah ikrar perkawinan! tetap saja aniaya, menurutku.
apakah kebiasaan yang 'membudidaya', setelah memiliki harta, tahta, maka wanita tak tercukupkan oleh satu?

aku tahu sedikit mengenai kisah rasul yang memiliki isteri lebih dari satu, tapi apakah itu yang menjadi senjatanya? sunah? ah tidak rasanya.

ketika zaman seperti ini, menjadi kebanyakan pria lebih menuntun kecenderungan terhadap nafsu belaka.

aku tahu, mungkin sulit dengan zaman yang seperti saat ini menjaga iman bagi lelaki amatlah berat.

tapi, jangan sampai itu menyakiti perempuan yang engkau nikahi.
perempuan yang dalam setiap sujud, doa, dan nafasnya selalu ada namamu.

Menjadi lelaki yang setia dengan mengasihi dan menyayangi isteri adalah kebahagiaan terbesar bagi seorang isteri. tak ada satupun kebahagiaan yang diharapkan isteri selain suami yang setia dan menganggap perempuan di hatinya hanya isterinya, dan tanpa isterinya ia tak mampu menjalani hidup.
Menjadi lelaki yang seperti itu lebih beharga dimata isteri daripada harta dan tahta yang kebanyakan lelaki pikir itu semua yang terpenting dan yang dibutuhkan isteri.

Hmmm, Rabb hatiku tertegun memikirkan konflik batin ini.

bagaimanakah kabar Janji-Mu dalam QS 24:26, Rabb?

aku masih yakin dengan janji-Mu itu, karena aku masih berupaya menjadi yang baik.

tapi banyak kisah yang mengabariku, menyurutkan langkahku, dan membilaskan sedikit keraguan pada Adamku...Sholehkah engkau Adam? 

bagaimana dengan kisah Firaun dan isterinya Asiyah?
Firaun yang sebegitu terkenalnya akan durhaka pada Rabb-Nya, yang sebegitu Angkuhnya hingga ingin memposisikan dirinya sebagai Tuhan memiliki isteri yang shaleha.
Isteri yang meski dianiaya  suaminya tetap kuat dan tegar, berkeyakinan teguh dalam jalan-Nya, tetap beriman kepada Allah SWT. sehingga, memposisikan keshalihannya di atas isteri Rasulullah, Khadijah dan Aisyah.

Keshalihan seorang umat, khususnya perempuan benarkah akan semakin bernilai dimata-Nya jika ujian dan cobaan yang ia terima dan mampu lewati semakin besar?

"semakin tinggi pohon, maka anginpun semakin kencang"

entahlah, apakah sudah siap diriku dengan apapun resikonya atas diri dan kebersamaanku dengan sang Adam kelak?

Jika MAU menikah, berarti HARUS sudah SIAP dengan RESIKO nya apapun itu.
jika BELUM SIAP, maka BELUM MAU.

Perkawinan, bukan hanya indah dalam kisah romansa.
Perlu beberapa aksen berwarna menghiasinya agar tampilan gambaran pernikahan itu nampak indah.
Jika hanya putih atau hitam, bukan hidup!

semoga catatanku hari ini bisa bermanfaat,
Correct Me If I Wrong, teman.


Catatanku,
11-01-13.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar