Kamis, 26 Januari 2012

'Tugu Tani' bercerita,,,

Dear Diary,
Hari ini nuraniku berkata kembali...

Hatiku bergetar dan tak terasa air mata tak mampu kubendung disaat gambaran2 tragedi kecelakaan ‘Tugu Tani’...meskipun tak kualami secara langsung, tapi begitu terasa...
Disaat sesosok raga manusia bergelimpangan tak berdaya, membujur kaku, membisu, seakan nyawa meregang...hmm ya Allah...

Tak kuasa ku melihat tayangan ketika seorang ayah memeluk anaknya dg lembut dan penuh harap, berharap ia mampu lebih lama bersama dg anaknya di dunia ini...tak sedikit ku dengarkan lantunan kalimat syahadatMu diperdengarkan oleh orang2 sekitar yang menyaksikannya mengiringi kepergian jiwa yang suci bertemu dg sang Maha Kasih...hmm yaa Allah...

Sesungguhnya, ketika engkau sudah berkehendak, tak kan ada yang mampu menghindar...tetapi manusia terkadang mempertanyakan ‘Mengapa ini terjadi’...bukankah diluar kehendak mereka, engkau panggil mereka dg cara yg tragis seperti itu..jika boleh memilih, mungkin semua manusia ingin dipanggil olehMu dg cara yang baik2...tidak meninggalkan luka bagi yang ditinggalkan.

Tak terbayangkan olehku yaa Robbi, jika aku yg mjd mereka...apakah masih mungkin sempat untukku menegakkan kalimat2-Mu disaat meregang nyawa, kalimat penutup mengakhiri pertemuan di dunia ini.
Ataupun membayangkan aku menjadi orang terkasih yang ditinggalkan...hmm yaa Robbi...rasanya aku tak sanggup...entahlah...

Itukah ujian bagi umat-Mu yang engkau kasihi?
Rasanya hati tersyat, beberapa kali melihatnya...

Ketika seorang pengunjung rumah sakit menjenguk korban, seorang perempuan yg telah bersuami. Lalu dipanggillah sang suami yang dengan tegar meski raut kesedihan dari wajahnya tak mampu berbohong, ditanya oleh pengunjung tsb, “selain isteri anggota keluarga bapak masih adakah yg mjd korban?”.

 “ada, anak saya...”, jawabnya.

“lalu, bagaimana keadaanya?”, sambung pengunjung tsb bertanya kembali.

“sudah meninggal...” seraya raut kesedihan semakin membungkam dalam wajahnya, tertahankan oleh ketegaran yang ia bentengi.

“anak ke berapa pa?” tanya pengunjung itu kembali.

“anak pertama,,,” luluh lantah rasanya ketegarannya dengan air mata yang mulai menghiasi wajahnya.

“insyaAllah pa nanti bertemu di syurga ya..”. semakin memecah haru isak tangis dari sang ayah tsb.

Yaa robbi...seakan2 aku merasakan apa yg bapak tsb rasakan, meskipun aku bukan seorang perempuan yang telah mempunyai anak, tetapi sungguh rasanya sakit tak terperi jika aku yang menjadi orang tua dari anak tsb.

Anak yg dg penuh kasih dan sayang ditunggu2 kehadirannya sejak dalam kandungan sang ibu, lalu terlahir didunia sbg pelengkap kebahagiaan orang tua, dg sabar dan jerih payah keduanya membesarkan, lalu secara tiba2..melihat dg mata kepala sendiri saat nyawanya meregang, Engkau panggil...

hmm, hati mana yang tak sakit, mungkin rasanya seperti hari itu adalah akhir dunia baginya...anak, yg menjadi buah hati, penyemangat hidup, pelengkap kebahagiaan, pengobat kesedihan dan kerinduan kedua orang tua nya...

“insyaAllah, Allah gantikan dg kebahagiaan yg lebih baik” seraya pengunjung tsb berdoa tuk menguatkan kembali jiwa yang rapuh karena kehilangan itu.

penantian akan hadirnya sang anak berakhir dg perjumpaan yg singkat...

Meski hujatan mengaum dari berbagai pihak atas kejadian ini, ujian ini,,,
Meski hukuman dunia mendera raga2 yang ‘bersalah’...
Itu semua takan mampu mengembalikan jiwa2 yang hilang, yang telah kembali kepada Sang Maha Pemilik.

Dunia yang terasa tak adil ini hanya mampu menghempaskan dera bagi raga2 yang bersalah, keadilan yang sejati biar Dia yang berkata. Kebenaran dan keadilan pasti kan terungkap dg sendirinya, tergerakkan ke jalan yang sesungguhnya oleh kehendak-Nya melalui ‘tangan2Nya’.

“berkatalah Kun, maka terjadilah” tak ada satupun jiwa yang mampu menghindarinya.

Hmm, Ujian,,,
Setiap manusia memilikinya, hanya saja masing2 memiliki takaran yg berbeda, sesuai dg kemampuannya masing2...

Sabar itu tiada berbatas...meski sulit, waktu mengajarkan tuk mencobanya...
Ikhlas itu pengorbanan...meski sulit, waktu juga yang menghapus ketersakitan atas pengorbanan itu..

Dari peristiwa ini aku belajar,
Yaa robbi, maafkan aku yg selama ini mengeluhkan berjuta masalah yang kualami..padahal diluar sana  banyak umat-Mu yang jauh lebih perih ujian yang dihadapi.

“Nikmat Robb-Mu manakah yang kamu dustakan?”

Wahai jiwa2 yang dirindukan robb Terkasih,
Tibalah disaat engkau harus kembali kpdNya,
Ragamu yang ketersakitan, meregang, biarlah terobati dg sentuhan lembutNya jiwaMu menghempas,
Pergi bersama cinta dan kasih orang2 yg mencintai dan mengasihimu,
Semoga engkau tenang disana,
Meski berjuta kedengkian, kesedihan, kehilangan, dan  rasa sakit, mengiringi kepergianmu...
Bahagialah disana Karena perjumpaan dg-Nya adalah tempat yg terbaik utkmu wahai jiwa2 yang terkasih...

Doaku dari hati yg terdalam,

_catatan harianku, 26-01-12_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar