Selasa, 31 Januari 2012

Sekilas ku tatap wajah ibu kota

Assalamu'alaykum...
dear Diary,

Dahulu, ketika masih kecil hanya beberapa kali mengunjungi Jakarta...
1...2...3...ya masih bisa dibilang hitungan jari...

Jakarta,
mungkin hanya karena lebih tepatnya alasan Tamasya...terlebih2 tamasya rombongan sekolah...
entah itu Ancol..Taman Mini...Dufan...pada umumnya...

beberapa kali pula mengunjungi sanak keluarga, yang kebetulan bertempat tinggal disana..
seputar sleepi saja yang diketahui...
rasanya ketika dulu masih belum mengerti...
kota Jakarta ini adalah tempat tamasya yang mewah bagiku,

kini...

melihatnya bukan hanya saja menyimpan keceriaan, kegembiraan karena kenangan yang tersimpan dalam benak...

kini...

semakin berulang kali Ibu mengajak ke Ibu Kota ini seringnya lebih pada alasan 'berbelanja',

sekilas...lalu ku tatap wajah2 yang mewarnai kota Jakarta ini...

Gedung2 menjulang seolah2 hendak menggenggam indahnya langit,
puluhan...ratusan...kendaraan berlalu lalang menambah warna kota ini,
belum lagi jalanan yang cukup membuat pusing oleh jalur2 yang menunjukkan ketidakmatangan perencanaan..

disudut jalan ku temui gambaran yang menggerakkan hati..
ditengah keramaian kendaraan di tol dalam kota, seekor anak kucing lusuh, terdiam dalam kebisingan kota..
ia bsendirian dan nampak murung dari wajahnya...rasanya ingin ku rengkuhnya dan membawanya pulang..
tapi mengingat dirumah banyak 'sesosok itu' yang masih butuh perhatianku, 
aku mengalihkan pikiran pada yang lain seraya berdoa pada Robbi..

"wahai Sang Maha Terkasih, lindungi ia selalu meski ia sendiri di dunia ini...meskipun dunia ini tak ramah baginya..."

hmm...bersyukurlah wahai 'sesosok' dirumah...mereka lebih beruntung, karena masih bisa hidup nyaman...

lalu pikiran berputar kembali pada mengenai diri,
analogi 'sesosok' dan diri ini...

''beruntunglah kamu...bersyukurlah...terlebih kamu bukan binatang...dan kamu manusia yang diberikan banyak kenyamanan oleh Rabb dibandingkan yang lain, yang belum tentu bisa merasakan apa yang kamu rasakan dg apa yg kamu miliki..."

hmm...

kendaraan terus melaju pada tujuan..
ketika langkah memasuki pertokoan...
lalu mengamati kemajemukan yang tercipta secara alamiah...
beragam manusia yang memadati...ragam ras, suku bangsa, nampak jelas pada ciri fisik secara alamiah...

kebiasaanku mengamati tak mampu ku elakkan,
sambil membawa jinjingan 'hasil keperluan ibu' ku amati...keberagaman ini...

ragam bahasa...

ragam warna...

ragam bentuk..

ragam wangi...

ragam rasa...
ku dengarkan berbagai bahasa disini,
ku tatap baik2 keindahan warna warni dan bentuk2 yg kulihat, mulai dari pakaian, tas, sepatu, jam, dan lain2nya..maklum perempuan itu tak tahan jika melihat keindahan warna dan bentuk yg menarik hati, rasanya sudah naluri..hehe
ragam wewangianpun ku cium, mulai dari semerbak pewangi tubuh buatan sampai pewangi tubuuh alami (hehe), dan tak kalah wewangian yang menggugah rasa pengecap dan cacing2 perutpun berkata...hehe

tafakuri...tafakuuurr...
ini kah keindahan dunia yang terkadang melupakan tujuan akhir kita tuk berlabuh nanti?
lupa bahwa waktu yang semakin terus mendekat..bukan bertambah!

memang benar adanya menahan diri dari hawa nafsu akan keduniaan adalah yang terberat tuk dijalani...

keduniaan, membuat seketika kita merasa akan hidup lebih lama...
dan akhirnya kufur...lalu takut akan perjumpaan dg kematian...
naudzubillah...

bahkan beberapa waktu lalu bersama Ibu mencari2 mushala di pertokoan besar, sulitnyaa...minta ampuun..
hmm,

Hmm, Jakarta bercerita dalam serpihan hidupku...
entahlah pandangan mengenai Jakarta dalam benakku,,

"Ladang Subur Lapangan Kerja, tempat hiburan, berbelanja"

bangunan2 tinggi dan mewah, kendaraan2 mewah, tempat tamasya, padatnya arus jalan dg jalur yang kurang matang perencanaannya, jembatan2 layang dan besi2 jalan yang mulai menua...ditatap oleh langit yang menjadi saksi Jakarta ini...tidakkah engkau letih dg semua itu?

apakah..
"manusia terlantar pinggiran kota, sungai2 yang meluap oleh ulah sampah2 yang terabaikan, kriminalitas yang kian meningkat karena lagi lagi himpitan ekonomi, degradasi moral" cukup membuatmu kuat menahannya untuk tetap tegak engkau berdiri sebagai IBU KOTA negeri ini?

melihat masjid2 kokoh dg kubah2 yang nampak anggun diantara berbagai gedung yang mencakar2 langit, menambah kemegahan pesonamu laksana savana dipadang tandus..menyegarkan jiwa2 yang letih tuk kembali kejalan-Mu, merindu-Mu, mengingat-Mu...

hanya dengan menyungkurkan seraut wajah kepada-Nya dg syukur..
dan menengadahkan kelemahan diri bertumpu pada lengan2 yang letih dan terus mencoba bersabar...berharap pada-Nya...

Jakarta, inilah sekilasku tentangmu...

"Belajar ketika orang lain tidur, bekerja ketika orang lain malas, dan bermimpi ketika orang lain berharap" 
( William A. Ward)


Wassalam.
_ dari catatan harian, 01-02-12_

Kamis, 26 Januari 2012

'Tugu Tani' bercerita,,,

Dear Diary,
Hari ini nuraniku berkata kembali...

Hatiku bergetar dan tak terasa air mata tak mampu kubendung disaat gambaran2 tragedi kecelakaan ‘Tugu Tani’...meskipun tak kualami secara langsung, tapi begitu terasa...
Disaat sesosok raga manusia bergelimpangan tak berdaya, membujur kaku, membisu, seakan nyawa meregang...hmm ya Allah...

Tak kuasa ku melihat tayangan ketika seorang ayah memeluk anaknya dg lembut dan penuh harap, berharap ia mampu lebih lama bersama dg anaknya di dunia ini...tak sedikit ku dengarkan lantunan kalimat syahadatMu diperdengarkan oleh orang2 sekitar yang menyaksikannya mengiringi kepergian jiwa yang suci bertemu dg sang Maha Kasih...hmm yaa Allah...

Sesungguhnya, ketika engkau sudah berkehendak, tak kan ada yang mampu menghindar...tetapi manusia terkadang mempertanyakan ‘Mengapa ini terjadi’...bukankah diluar kehendak mereka, engkau panggil mereka dg cara yg tragis seperti itu..jika boleh memilih, mungkin semua manusia ingin dipanggil olehMu dg cara yang baik2...tidak meninggalkan luka bagi yang ditinggalkan.

Tak terbayangkan olehku yaa Robbi, jika aku yg mjd mereka...apakah masih mungkin sempat untukku menegakkan kalimat2-Mu disaat meregang nyawa, kalimat penutup mengakhiri pertemuan di dunia ini.
Ataupun membayangkan aku menjadi orang terkasih yang ditinggalkan...hmm yaa Robbi...rasanya aku tak sanggup...entahlah...

Itukah ujian bagi umat-Mu yang engkau kasihi?
Rasanya hati tersyat, beberapa kali melihatnya...

Ketika seorang pengunjung rumah sakit menjenguk korban, seorang perempuan yg telah bersuami. Lalu dipanggillah sang suami yang dengan tegar meski raut kesedihan dari wajahnya tak mampu berbohong, ditanya oleh pengunjung tsb, “selain isteri anggota keluarga bapak masih adakah yg mjd korban?”.

 “ada, anak saya...”, jawabnya.

“lalu, bagaimana keadaanya?”, sambung pengunjung tsb bertanya kembali.

“sudah meninggal...” seraya raut kesedihan semakin membungkam dalam wajahnya, tertahankan oleh ketegaran yang ia bentengi.

“anak ke berapa pa?” tanya pengunjung itu kembali.

“anak pertama,,,” luluh lantah rasanya ketegarannya dengan air mata yang mulai menghiasi wajahnya.

“insyaAllah pa nanti bertemu di syurga ya..”. semakin memecah haru isak tangis dari sang ayah tsb.

Yaa robbi...seakan2 aku merasakan apa yg bapak tsb rasakan, meskipun aku bukan seorang perempuan yang telah mempunyai anak, tetapi sungguh rasanya sakit tak terperi jika aku yang menjadi orang tua dari anak tsb.

Anak yg dg penuh kasih dan sayang ditunggu2 kehadirannya sejak dalam kandungan sang ibu, lalu terlahir didunia sbg pelengkap kebahagiaan orang tua, dg sabar dan jerih payah keduanya membesarkan, lalu secara tiba2..melihat dg mata kepala sendiri saat nyawanya meregang, Engkau panggil...

hmm, hati mana yang tak sakit, mungkin rasanya seperti hari itu adalah akhir dunia baginya...anak, yg menjadi buah hati, penyemangat hidup, pelengkap kebahagiaan, pengobat kesedihan dan kerinduan kedua orang tua nya...

“insyaAllah, Allah gantikan dg kebahagiaan yg lebih baik” seraya pengunjung tsb berdoa tuk menguatkan kembali jiwa yang rapuh karena kehilangan itu.

penantian akan hadirnya sang anak berakhir dg perjumpaan yg singkat...

Meski hujatan mengaum dari berbagai pihak atas kejadian ini, ujian ini,,,
Meski hukuman dunia mendera raga2 yang ‘bersalah’...
Itu semua takan mampu mengembalikan jiwa2 yang hilang, yang telah kembali kepada Sang Maha Pemilik.

Dunia yang terasa tak adil ini hanya mampu menghempaskan dera bagi raga2 yang bersalah, keadilan yang sejati biar Dia yang berkata. Kebenaran dan keadilan pasti kan terungkap dg sendirinya, tergerakkan ke jalan yang sesungguhnya oleh kehendak-Nya melalui ‘tangan2Nya’.

“berkatalah Kun, maka terjadilah” tak ada satupun jiwa yang mampu menghindarinya.

Hmm, Ujian,,,
Setiap manusia memilikinya, hanya saja masing2 memiliki takaran yg berbeda, sesuai dg kemampuannya masing2...

Sabar itu tiada berbatas...meski sulit, waktu mengajarkan tuk mencobanya...
Ikhlas itu pengorbanan...meski sulit, waktu juga yang menghapus ketersakitan atas pengorbanan itu..

Dari peristiwa ini aku belajar,
Yaa robbi, maafkan aku yg selama ini mengeluhkan berjuta masalah yang kualami..padahal diluar sana  banyak umat-Mu yang jauh lebih perih ujian yang dihadapi.

“Nikmat Robb-Mu manakah yang kamu dustakan?”

Wahai jiwa2 yang dirindukan robb Terkasih,
Tibalah disaat engkau harus kembali kpdNya,
Ragamu yang ketersakitan, meregang, biarlah terobati dg sentuhan lembutNya jiwaMu menghempas,
Pergi bersama cinta dan kasih orang2 yg mencintai dan mengasihimu,
Semoga engkau tenang disana,
Meski berjuta kedengkian, kesedihan, kehilangan, dan  rasa sakit, mengiringi kepergianmu...
Bahagialah disana Karena perjumpaan dg-Nya adalah tempat yg terbaik utkmu wahai jiwa2 yang terkasih...

Doaku dari hati yg terdalam,

_catatan harianku, 26-01-12_

Selasa, 24 Januari 2012

Filosofi keriangan anak2 TK (muhasabah)

Dear Dairy....

Hari ini, sebuah pelajaran hidup ku lihat...dan kurasakan...
 
Filosofi keriangan dan langkah2 kecil para murid TK,
Sungguh mendengar keceriaan mereka alangkah indahnya...
 
Pagi ini, ku rapihkan tempat tidur sembari menengok sejenak tawa riang anak2 TK di sebelah rumah yang berbondong2, beramai2 didampingi dan dibimbingi gurunya bernyanyi riang...sambil melangkah kecil menuju jalan...hendak melaksanakan shalat dhuha di masjid...
 
Hmmm, subhanallah...
 
Lalu terlintas pelajaran penting yang patut diambil....
Pikiranpun berlarut, sambil menyegerakan merapihkan tempat tidur...
 
Sesungguhnya, malu rasanya pd  anak kecil yg dg semangatnya mau mengerjakan shalat dhuha...
 
Walaupun terbata2 mau belajar huruf al-Qur’an, walaupun harus berulang2 mau menghafal bacaan shalat, walaupun tak tau apa makna dibalik semua yg ia kerjakan mau belajar...belajar membaca doa sebelum makan...mau belajar bershalawat...mau belajar kalender islamiyah...
 
Sejatinya, kitalah yg harus belajar dari keriangan anak2 kecil, kegembiraan mereka, kesungguhan, dan semangat mereka...
 
Keriangan mereka utk belajar, kegembiraan mereka utk belajar, kesungguhan serta semangat mereka utk belajar...
 
Karena hidup itu belajar..

Kepolosannya dalam mengerjakan...meskipun dg canda dan tawa...tapi tetap mereka jalani...
 
Bisakah kita belajar dari mereka?
 
Belajar tuk mencintai-Nya tanpa alasan? Alasan entah dg perhitungan matematis atau apapun yg menjurus pd kebutuhan mencintai-Nya karena suatu alasan tertentu...
Melakukan shalat...bukan tuk penghargaan...
Melakukan tilawah qur’an...bukan tuk pujian...semata...
 
Tapi cukup karena sebuah alasan yg dirasakan bernama ‘Cinta’ tanpa paksaan, atau alasan logika semata...
 
Murid2 TK melakukan itu semua belajar melakukan shalat, membaca al-Qur’an, membaca doa, melantunkan shalawat...dengan hati yg riang...
 
Malulah diri ini...
 
Melakukan shalat dg menunda2nya, membaca al-Qur’an semaunya, membaca doa terkadang ingat terkadang lupa...bahkan shalawatpun jarang didawamkan terkalahkan oleh lantunan musik...
 
Padahal anak kecil mungkin hanya tau bahwa ia senang melakukannya, tanpa pikir panjang...tanpa ia kenal jauh siapa itu Allah? Siapa itu Rosul? Untuk apa shalat? Untuk apa itu berdoa? Untuk apa bershalawat? Untuk apa mengaji?
 
Justru pertanyaan itu mungkin secara teori...bagi kami para orang dewasa dpt dg mudah menjawabnya....
Tapi bagaimana dg prakteknya?
 
Orang dewasa terkadang lupa...
 
Lupa semangatnya yang dulu semasa kanak2 belajar shalat, belajar membaca al-Qur’an, selalu menyempatkan berdoa sebelum melakukan sesuatu...
 
Keterlupaan orang dewasa yang disibukkan dg beribu2 alasan, pekerjaankah? Organisasilah? Masalah hiduplah? Inilah? Itulah?
 
Hmmm...
 
Waktunya Muhasabah lagi!
 
Mengaku dewasa tapi kecintaan terhadap-Nya tidak lebih dari anak TK?
 
Kemana masa yg telah lalu dijalani...yg seharusnya saat ini, langkah ini...tentulah lebih baik dari kemarin...masa yg telah lalu...
 
Demi masa, sesungguhnya orang yg merugi adalah yg telah menyia2kannya..

 Ayo Berubah dari sekarang...demi masamu yang berharga!

Wassalam.

_catatan harianku, 9-12-11_