Assalamu'alaykum...
dear Diary,
Dahulu, ketika masih kecil hanya beberapa kali mengunjungi Jakarta...
1...2...3...ya masih bisa dibilang hitungan jari...
Jakarta,
mungkin hanya karena lebih tepatnya alasan Tamasya...terlebih2 tamasya rombongan sekolah...
entah itu Ancol..Taman Mini...Dufan...pada umumnya...
beberapa kali pula mengunjungi sanak keluarga, yang kebetulan bertempat tinggal disana..
seputar sleepi saja yang diketahui...
rasanya ketika dulu masih belum mengerti...
kota Jakarta ini adalah tempat tamasya yang mewah bagiku,
kini...
melihatnya bukan hanya saja menyimpan keceriaan, kegembiraan karena kenangan yang tersimpan dalam benak...
kini...
semakin berulang kali Ibu mengajak ke Ibu Kota ini seringnya lebih pada alasan 'berbelanja',
sekilas...lalu ku tatap wajah2 yang mewarnai kota Jakarta ini...
Gedung2 menjulang seolah2 hendak menggenggam indahnya langit,
puluhan...ratusan...kendaraan berlalu lalang menambah warna kota ini,
belum lagi jalanan yang cukup membuat pusing oleh jalur2 yang menunjukkan ketidakmatangan perencanaan..
disudut jalan ku temui gambaran yang menggerakkan hati..
ditengah keramaian kendaraan di tol dalam kota, seekor anak kucing lusuh, terdiam dalam kebisingan kota..
ia bsendirian dan nampak murung dari wajahnya...rasanya ingin ku rengkuhnya dan membawanya pulang..
tapi mengingat dirumah banyak 'sesosok itu' yang masih butuh perhatianku,
aku mengalihkan pikiran pada yang lain seraya berdoa pada Robbi..
"wahai Sang Maha Terkasih, lindungi ia selalu meski ia sendiri di dunia ini...meskipun dunia ini tak ramah baginya..."
hmm...bersyukurlah wahai 'sesosok' dirumah...mereka lebih beruntung, karena masih bisa hidup nyaman...
lalu pikiran berputar kembali pada mengenai diri,
analogi 'sesosok' dan diri ini...
''beruntunglah kamu...bersyukurlah...terlebih kamu bukan binatang...dan kamu manusia yang diberikan banyak kenyamanan oleh Rabb dibandingkan yang lain, yang belum tentu bisa merasakan apa yang kamu rasakan dg apa yg kamu miliki..."
hmm...
kendaraan terus melaju pada tujuan..
ketika langkah memasuki pertokoan...
lalu mengamati kemajemukan yang tercipta secara alamiah...
beragam manusia yang memadati...ragam ras, suku bangsa, nampak jelas pada ciri fisik secara alamiah...
kebiasaanku mengamati tak mampu ku elakkan,
sambil membawa jinjingan 'hasil keperluan ibu' ku amati...keberagaman ini...
ragam bahasa...
ragam warna...
ragam bentuk..
ragam wangi...
ragam rasa...
ku dengarkan berbagai bahasa disini,
ku tatap baik2 keindahan warna warni dan bentuk2 yg kulihat, mulai dari pakaian, tas, sepatu, jam, dan lain2nya..maklum perempuan itu tak tahan jika melihat keindahan warna dan bentuk yg menarik hati, rasanya sudah naluri..hehe
ragam wewangianpun ku cium, mulai dari semerbak pewangi tubuh buatan sampai pewangi tubuuh alami (hehe), dan tak kalah wewangian yang menggugah rasa pengecap dan cacing2 perutpun berkata...hehe
tafakuri...tafakuuurr...
ini kah keindahan dunia yang terkadang melupakan tujuan akhir kita tuk berlabuh nanti?
lupa bahwa waktu yang semakin terus mendekat..bukan bertambah!
memang benar adanya menahan diri dari hawa nafsu akan keduniaan adalah yang terberat tuk dijalani...
keduniaan, membuat seketika kita merasa akan hidup lebih lama...
dan akhirnya kufur...lalu takut akan perjumpaan dg kematian...
naudzubillah...
bahkan beberapa waktu lalu bersama Ibu mencari2 mushala di pertokoan besar, sulitnyaa...minta ampuun..
hmm,
Hmm, Jakarta bercerita dalam serpihan hidupku...
entahlah pandangan mengenai Jakarta dalam benakku,,
"Ladang Subur Lapangan Kerja, tempat hiburan, berbelanja"
bangunan2 tinggi dan mewah, kendaraan2 mewah, tempat tamasya, padatnya arus jalan dg jalur yang kurang matang perencanaannya, jembatan2 layang dan besi2 jalan yang mulai menua...ditatap oleh langit yang menjadi saksi Jakarta ini...tidakkah engkau letih dg semua itu?
apakah..
"manusia terlantar pinggiran kota, sungai2 yang meluap oleh ulah sampah2 yang terabaikan, kriminalitas yang kian meningkat karena lagi lagi himpitan ekonomi, degradasi moral" cukup membuatmu kuat menahannya untuk tetap tegak engkau berdiri sebagai IBU KOTA negeri ini?
melihat masjid2 kokoh dg kubah2 yang nampak anggun diantara berbagai gedung yang mencakar2 langit, menambah kemegahan pesonamu laksana savana dipadang tandus..menyegarkan jiwa2 yang letih tuk kembali kejalan-Mu, merindu-Mu, mengingat-Mu...
hanya dengan menyungkurkan seraut wajah kepada-Nya dg syukur..
dan menengadahkan kelemahan diri bertumpu pada lengan2 yang letih dan terus mencoba bersabar...berharap pada-Nya...
Jakarta, inilah sekilasku tentangmu...
"Belajar ketika orang lain tidur, bekerja ketika orang lain malas, dan bermimpi ketika orang lain berharap"
( William A. Ward)
Wassalam.
_ dari catatan harian, 01-02-12_